Pertanyaan Untuk Calon

Di sini aku merujuk ke satu gambar.




Aku akan mencoba sedikit mengulas terkait pertanyaan di dalam gambar dan juga berusaha menjawab jika semisal itu ditanyakan ke diriku sendiri nanti.


Siapkah berbagi kamar?
Siap, tapi karena saya penyediri banget orangnya, interovert banget. Jadi saya butuh ruangan yang kalau saya ingin sendiri saya tinggal berdiam di ruangan itu. Kadang saya capek harus ketemu orang. Walaupun dia misalnya adalah orang yang paling aku cintai. Aku tetap membutuhkan me time.


Bagaimana dengan agama?
Ini sudah ketentuan mutlak, saya hanya akan memilih seseorang yang satu iman dengan saya. Untuk pemahaman agamanya. Tidak harus terlalu gimana banget. Yang perting sama-sama mau belajar dan memperbaiki diri. Itu yang lebih penting.

Tapi ada juga beberapa hal yang wajib calon suami saya punya, harus bisa membaca Al-Qur'an dengan tartil dan tajwid yang benar dan hafal Al-Qur'an minimal juz 30. Karena itu juga syarat untuk menjadi imam.


Apa harapan tentang tempat tinggal?
Kalau bisa jangan tinggal di rumah orang tua. Minimal ngotrak dulu kalau uangnya belum cukup untuk beli atau bangun rumah. Untuk lokasinya, saya lebih senang kalau punya rumah yang sedikit jauh dari keramaian. Saya ingin tinggal di tempat yang tenang, saat bangun pagi disambut oleh kicauan burung-burung di dekat rumah. Saya menyukai ketenangan dan suara alam.


Sedekat apa pasangan dengan narkoba, alkohol dan perjudian?
Ini hal penting yang harus dicari tahu sebelum memutuskan menikah dengan seseorang. Coba selidiki dulu dari tanda-tanda fisiknya dan teman terdekatnya.


Bagaimana relasi dengan keluarga satu sama lain?
Kalau hubungan saya dengan keluarga saya, cukup baik. Saya juga ingin memilih pasangan yang bisa menjalin hubungan baik dengan keluarga saya. Begitu pula dengan saya.

Saya juga ingin keluarga pasangan saya menerima keluarga saya. Begitu juga sebaliknya.


Apa ada harapan yang bisa berubah?
Tentu, karena kita juga harus menyesuaikan dengan kondisi nanti. Ini pentingnya bisa saling berkomunikasi. Jadi kalaupun ada yang berubah, bisa sama-sama menerimanya.


Bagaimana mengelola keuangan sebelum dan setelah menikah?
Saya masih harus banyak belajar soal ini. Untuk mengelola keuangan sebelum menikah saya lebih menginvestasikan uang tersebut. Sedangkan saat menikah nanti, itu bisa didiskusikan. Apakah saya harus mengelola semua keuangan? Atau kita membuat tabungan bersama? Jadi masing-masing dari kita tetap punya pegangan uang pribadi. Karena saya juga ingin tetap bekerja walaupun sudah menikah.


Bagaimana kesiapan menjadi orang tua?
Sejak kuliah, saya mulai rajin belajar ilmu parenting. Walaupun demikian, saya inginnya tidak langsung punya anak dulu sebelum menikah. 2 atau 3 tahun baru saya siap untuk program hamil. Saya ingin merasa kestabilan dulu di rumah tangga baru memiliki anak. Karena saya gak mau anak saya jadi korban dari rumah tanggal yang sebenarnya belum siap untuk punya anak. Tapi, ini juga mengikuti rencana Allah juga, mana yang terbaik untuk masing-masing.


Bagaimana jika pasangan membutuhkan waktu sendiri?
Sama seperti yang saya inginkan sebelumnya. Saya juga akan memberikan ruang dan waktu untuk dia me time.


Bagaimana cara menyikapi stres baik secara pribadi maupun bersama?
Pastinya saya akan meminta waktu sendiri dulu. Setelah merasa tenang barulah saya akan mulai menceritakan kegelisahan saya, tapi melalui tulisan. Penting banget, saya ingin punya suami yang hobi baca. Karena saya agak kesulitan mengungkapkan apa yang saya rasakan melalui ucapan, lebih nyaman menggunakan tulisan.


Apa saja sifat yang saat ini dirasa menarik, tapi mungkin dapat berubah 5 tahun lagi?
Saya masih belum tahu tentang ini.


Bagaimana dengan karir masing-masing?
Saya inginnya tetap bekerja walaupun sudah menikah, tapi saya mungkin hanya akan mengurangi sedikit intensitas pekerjaan saya. Karena saya ingin lebih fokus ke keluarga kecil saya nanti.

Kalau tentang pekerjaan calon suami saya nanti, saya tidak mengkhususkan harus A, B, atau C. Yang penting pekerjaan tersebut halal. Saya juga ingin bisa sama-sama menjadi patner yang mendukung pekerjaan masing-masing.


Seberapa sering membicarakan relasi ini dengan orang lain?
Cukup saat ditanya saja dan juga tetap menjaga aib pasangan. Jangan malah jadi curhat ke sana sini.


Bagaimana menyikapi dan memperbaiki konflik?
Lebih baik dibicarakan baik-baik. Jangan sampe masalah rumah tanggal keluar dari rumah. Usahkan masalah yang terjadi hari itu, jangan sampe dibawa lagi di masa depan. Kalau sudah selesai hari itu, maka jadikan pelajaran saja.


Bagaimana membagi pekerjaan rumah tangga?
Saat ini, jujur saya anak yang malas mengerjakan pekerjaan rumah. Tidak tahu saat menikah nanti. Mau tidak mau saya harus rajin. Saya tidak memaksa suami saya nanti untuk membantu pekerjaan rumah. Tapi saya akan diskusikan hal apa yang sekiranya bisa kita lakukan bergantian.


Bagaimana jika pasangan dekat dengan orang lain dan apakah hal itu termasuk perselingkuhan?
Jujur, saya orangnya cemburuan banget. Bahkan saat saat sahabat saya dekat dengan teman lain, saya juga cemburu.

Saya gak membatasi harus berteman dengan siapa. Asal jaga batasan aja, sih, sebisa mungkin jangan terlalu intens dekatnya. Apalagi sampe curhat-curhatan. 

~~~

Yeey, selesai.
Sebenarnya masih banyak hal yang bisa ditanyakan, tapi saya merujuk dari poster di atas. Jadi hanya segitu dulu yang saya jawab.

See you!












Komentar

Postingan Populer