Asal Saja

Khalisa, sering dipanggil Ali oleh teman-temannya. Tak heran, melihat perawakannya yang tomboy, selalu mengenakan hoody hitam dengan celana jins yang memiliki sobekan di mana-mana.


Namun, saat ini, mungkin teman-teman yang dulu sering menjuluki Khalisa sebagai preman sekolah akan pangling melihat perubahan dari penampilan Khalisa. Baju gamis berwarna biru muda dengan perpaduan jilbab syar'i berwarna putih. Layaknya bidadari yang jatuh dari surga. Sejak Khalisa tiba di kafe itu, ia sudah menjadi pusat perhatian. 


Sebenarnya saat masih tomboy, Khalisa juga terlihat cantik. Hanya saja tertutupi dengan sifatnya yang seperti laki-laki.


Khalisa duduk di salah satu kursi yang ada di kafe. Ia memandang sekeliling, lalu kembali melihat ke arah jam yang ada dipergelangan tangan kirinya. Khalisa seperti sedang menunggu seseorang, dari raut wajahmu mulai nampak gelisah. Sampai akhirnya ia melihat seseorang yang baru saja masuk ke dalam kafe. Khalisa sedikit melambai ke arah pintu berharap orang itu dapat melihatnya. Benar saja, setelah melihat Khalisa, orang itu lantas berjalan ke arah Khalisa sambil tersenyum ramah. "Terima kasih telah menunggu," ucapnya, kemudian menarik salah satu kursi untuk duduk.


"Bagaimana?" tanya Khalisa tak sabaran.

"Sabarlah dulu, aku baru saja tiba, kita makan dulu, ya," ucap orang itu, lalu melambai ke tangan ke salah satu pelayan kafe.


"Maaf, aku gak punya banyak waktu. Cepat katakan! Bagaimana?" desak Khalisa.

Orang itu menurunkan tangan kanannya, kemudian menyentuh pelipisnya. "Aduh, gadis ini."


"Apa Anda gak ingin membantu aku? Ya sudah, lebih baik aku pulang aja." Khalisa mulai menggeser kursinya dan hendak pergi.


"Sebentar, tunggu sebentar! Ini bukan masalah yang mudah. Jadi, kita tidak boleh gegabah. Saya harap kamu paham itu." Khalisa menghentikan langkah kakinya dan kembali duduk. "Jadi?" tanya Khalisa meminta penjelasan selanjutnya. 



Komentar

Postingan Populer