Silazen
Nada dering panggilan berbunyi. Sila meraih ponsel yang ada di nakas. Setelah menggeser layar, Sila menempelkan ponsel itu ke telinganya. "Assalamu'alaikum, ada apa, Kak?" tanya Sila sambil duduk di atas kasur. Boneka buaya ungu di samping bantal, ia ambil, lalu memeluknya. Sambil mendengarkan penjelasan dari orang di seberang telepon sana.
"Hah, gimana-gimana? Aku datang ke rumah kakak?" tanya Sila memastikan.
"Iya, ketemu keluargaku, umpung lagi ngumpul nih," jawab Zen dari balik telepon.
"Ya, bener aja, malu lah. Lagian ngapain juga harus kenalan sama keluarga kakak?"
"Lah, kamu kan calon istriku."
"Jangan becanda, deh, cukup tadi malam aja. Nyebelin banget," ucap Sila, bibirnya mengkerut.
"Aku serius. Besok pagi aku jemput, ya, sekalian...." Zen menggantung ucapannya.
"Sekalian apa? Jan ngadi-ngadi lah, Kak. Aku mau hidup tenang," mohon Sila.
"Yang jelas, aku serius sama kamu."
"Ala, bohong aja ini pasti. Udah berapa cewek yang kakak bohongin?" tanya Sila sinis.
"Tunggu aja besok. Dandan yang cantik, ya, mau ketemu mertua, loh," goda Zen, kemudian tertawa, ia membayangkan wajah Sila yang bete. Pasti imut banget.
"Ha, ha, Ga lucu banget, Kak," ledek Sila.
"Yang jelas, siap-siap aja, besok aku jemput jam 9. Oke, Assalamu'alaikum, calon istri," ucap Zen.
Sila merasa jijik. "Iiii, Wa'alaikumsalam, geli aku."
"Maunya apa sih? Dasar gak jelas. Kenapa sih, ketemunya sama buaya," gerutu Sila sambil membanting boneka buayanya. 😂
Komentar
Posting Komentar