Gadis Pemimpi
Dari kecil, aku memang suka cerita ke orang tua tentang impianku di masa depan nanti. Tak heran, sampai segede sekarang pun aku masih sering menceritakan mimpiku ke orang tua.
Ya, nggak semua bisa aku wujudkan. Terkadang juga jadi merasa bersalah karena otomatis aku seperti memberi harapan besar ke orang tua kalau akan berhasil dan sukses, tapi kenyataannya itu nggak terjadi. Untuk kesekian kalinya aku ngecewain orang tuaku.
Kadang, aku sampai nggak mau lagi cerita soal impianku ke ortu, tapi nggak bisa. Aku butuh didengar dan cuma ortuku yang paling aku percaya.
Maaf, Ma, Pa, aku belum bisa membuat kalian bangga. Mama sama Bapa pasti sudah bosan dengar aku nyerocos soal impian masa depan, visi misi hidup dan rentetan keluhan yang selalu dalam konteks yang sama.
Ah, ya mau gimana lagi. Anak gadismu ini memang nggak akan tumbuh dewasa di depan kalian. Masih seperti gadis pemimpi.
Aku nggak tau cara berpikir dewasa seperti yang orang-orang sering bilang. Memang orang dewasa itu berpikir seperti apa, sih? Kenapa aku nggak bisa berpikir dewasa, ya?
Aku nggak tau juga. Jadi, jangan tanya aku.
Yang jelas, aku berusaha tetap menjadi diriku sendiri. Tak apa kalau orang lain masih merasa aku ini kekanak-kanakan. Walaupun kalau aku dalam mode tegas juga bisa. Tiba-tiba mirip Emak kalau lagi ngomel juga bisa.
Tapi, ya, biasa ajalah, kalau aku ini. Lebih senang mode diam.🐨
Komentar
Posting Komentar