Cinta Pertama
Lama sekali sejak aku masih kelas 4 SD. Sebenarnya kami udah kenal lama. Kami TK bareng. SD juga satu sekolah.
Nah, jadi pada saat kelas 4 atau 5 (aku lupa). Ada momen di mana aku di panggil guru saat absen. Tiba-tiba dia kok juga angkat tangan. Langsung di-cie-in satu kelas. Aku nggak tau apa spesialnya dari itu. 😂 Mungkin dia lagi melamun, dikira namanya yang dipanggil ternyata bukan.
Aku nggak terlalu ingat kejadian setelah itu. Hanya satu hal yang masih aku ingat banget sampai saat ini.
Waktu itu aku habis beli jajan dari koperasi sekolah. Rencananya mau duduk santai sendirian di depan kelas. Nah, tiba-tiba dia nongol, langsung minta jajan. Asli, nih orang kenapa?
Karena aku anak yang baik. Jadi, aku kasih aja satu wafer ke dia. Dia keliatan senang banget. Sampe loncat-loncat nggak jelas. Entah keceplosan atau apa aku hanya salah dengar, dia lari sambil teriak, "Aku dikasih jajan sama cewekku."
Aku cuma melihat dia yang lari ke arah kumpulan teman cowoknya. Ah, mungkin saat itu aku salah dengar. Karena setelah itu pun, kami nggak pernah ngobrol lagi.
Paling sepupunya (cewek, sahabatku juga pas SD) yang jadi senang godain aku dengan kata-kata, "Si ***** apa kabar?"
Lah, yang sepupuan siapa? kok nanya sama aku.
Pas kelas 5 SD sebelum pindah sekolah, aku sempat ngaji di TPA. Hanya beberapa bulan. Asli nggak nggak ada niatan supaya bisa ketemu dia. Aku juga nggak tau kalau dia ikut TPA. Alhasil, makinlah sepupunya itu godain aku. "Ngaji ke TPA supaya sering ketemu dia, ya?"
Aku baru sadar. Tapi jujur kami juga nggak pernah ngobrol walaupun satu kelas di SD dan satu ruang TPA.
Saat di TPA juga, dia sebentar aja ngajinya, habis itu hilang. Mungkin pulang. Hm.
Akhirnya, pas kenaikan kelas 6, aku harus pindah sekolah ke Kuaro. Sejak saat itu, aku nggak pernah lagi tahu kabarnya. Aku juga nggak pernah ketemu lagi sama dia.
Pas SMP, aku ikut bapakku ke Batu Engau lagi. Untuk jemput adik sama mamaku. Nah, pas aku di sana. Aku ketemu sama sepupunya lagi. Seperti dulu, dia masih senang godain aku sama *****.
Dia cerita ke aku kalau ***** lanjut ke pesantren. Aku cuma ngangguk aja. Nggak ada niat nanya lebih jauh. Takut dia semakin senang nanti.
Itu terakhir kalinya aku tahu kabar dia. Setelah itu, benar-benar nggak tau sama sekali. Sosial medianya juga nggak bisa dilacak. Apa dia nggak main sosmed, ya? Ah, masa zaman sekarang nggak punya sosmed. Kayaknya mustahil, deh. Atau mungkin dia pake nama akun yang nyelenel. Untuk asal punya aja.
Gak tau dah. Makasih sudah jadi bagian dari cerita hidupku. Walaupun kita nggak punya kisah yang terlalu spesial.
Sehat-sehat selalu, ya.
Komentar
Posting Komentar